-->

Mobil Nasional: Timor vs Esemka

Mobil Nasional: Timor vs Esemka
DULU tahun 1996 Indonesia memiliki mobil nasional (MobNas) yang bernama TIMOR (Teknologi Industri Mobil Rakyat). Sejarah mobil Timor berawal dari dikeluarkannya Inpres Nomor 2 Tahun 1996 yang menginstruksikan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman modal agar secepatnya mewujudkan industri mobil nasional.

Ada Inpresnya, dan ada penugasan ke menteri terkait mengenai kebijakan mobnas tersebut.

Untuk mewujudkan proyek tersebut, pemerintah orde baru menggandeng mitra perusahaan PT. Timor Putra Nasional (PT. TPN) sebagai pionir mobil nasional. TPN menggandeng rekanan yaitu PT. KIA yang merupakan perusahaan otomotif terbesar ketiga di Korea. Artinya, komponen mesin menggunakan mesin dari KIA.

Di tahun-tahun awal, mobil Timor dibuat sepenuhnya completely build up (CBU) di Korea Selatan, lalu diimpor secara utuh ke Indonesia. Karena fasilitas perakitan yang belum siap, generasi pertama dari mobil nasional dibuat di Korea Selatan.

Target awal pengerjaan mobil adalah 20 persen bahan nasional Indonesia yang berturut turut meningkat mencapai 40 persen dan 60 persen bahan lokal. karena merupakan proyek nasional dan merupakan rekanan pemerintah PT TPN diberikan hak khusus yang berupa tidak dikenakan pajak barang mewah.

Selain itu, mobil Timor juga tidak dikenakan pajak bea masuk dan juga pajak pajak lainnya untuk 3 tahun pertama. hal ini yang mengakibatkan harga mobil nasional Timor hanya di kisaran 35 jutaan saja.

Harga ini merupakan sebuah harga yang sangat murah yang jika dibandingkan dengan harga mobil serupa hanya sekitar setengahnya saja. Kijang super saja harga sekitar 60juta-an.

Kedahsyatan mobil nasional pemerintah Indonesia rupanya membawa sentimen dan tanggapan negatif dari pelaku industri otomotif di Indonesia.

Inpres No.2/1996 dinlai pilih kasih, sebab hanya istimewa buat TPN sedangkan mereka dikenakan pajak 100 persen yang membuat harga produk mereka tetap mahal dan hanya bisa dinikmati segelintir orang mampu saja.

Beberapa perusahaan otomotif dunia berusaha menjegal proyek mobil nasional. Seperti yang dilakukan oleh Kelompok produsen asal Amerika Serikat memutuskan untuk menunda investasi.

General Motors mengatakan aliran dana untuk pembangunan pabrik sebesar 110 juta dollar dihentikan dan Chrysler membatalkan rencana investasi 150 juta dollar buat produksi sedan Neon setelah sebelumnya telah menghasilkan Jeep, Cherokee dan Wrangler.

Pabrikan Toyota juga meradang, mereka terus mengadakan perundingan dengan pemerintahan orde baru agar masalah mobil nasional ini tidak mematikan bisnis mereka. Toyota bersama Jepang sangat panik melihat permintaan pasar timor menggerus pemasaran mereka.

Karena mentok dalam perundingan dengan pemerintaha orde baru, Toyota bersama jepang beserta negara Uni Eropa membawa masalah ini dengan mengajukan gugatan ke WTO (World Trade Organisation).

Mereka beralasan pemerintah Indonesia melanggar beberapa poin pada ketentuan General Agreeements of Tariff and Trade (GATT). cara ini dilakukan karena indonesia sudah menjadi anggota WTO sejak 1 januari 1995.

Setelah melalui persidangan diputuskan bahwa proyek mobil nasional Indonesia pada 22 April 1998, oleh badan penyelesaian sengketa (Dispute Settlement Body) WTO memutuskan program mobnas melanggar asas perdagangan bebas dunia, dampaknya harus segera ditutup.

Setelah putusan WTO, gak lama berselang KIA mengalami kebangkrutan dan di beli oleh Hyundai, seiring lengsernya Soeharto. Mobil nasional (mobnas) Timor tinggal cerita dan terkubur bersama nama Soeharto.

Dari uraian di atas, kita bisa melihat bagaimana proses mobil Nasional itu di adakan. Berawal dari inspres sebagai payung hukum, mobil Nasional bisa di jalankan dengan dukungan pemerintah. Prosesnya terbuka dan tanpa di tutupi ketika menggandeng pabrikan otomotif KIA.

Bandingkan dengan cerita kehebatan mobil Nasional yang di canangkan oleh Jokowi dengan menggandeng pabrikan mobil China FODAY.

Tidak ada payung hukum berupa Inpres, kepres atau UU yang mendukungnya, juga tidak ada pemberitaan yang heboh karena ESEMKA ternyata adalah FODAY yang berganti emblem. Bagaimana proses kerjasama mereka saja tidak ada yang mengetahui.

Belum lagi temuan ratusan mobil China Geely di temukan dalam sebuah gudang yang di duga ada kaitannya dengan Esemka.

Berapa anggaran dan darimana dana pembangunan proyek mobil nasional ini berasal masih menjadi misteri hingga kini.

Sebuah lelucon untuk mempopulerkan diri mereka buat seolah rakyat Indonesia ini adalah orang bodoh dan bisa di perdaya. Bahkan kyai saja bisa mereka dustai dan menjadikan kyai sebagai corong Esemka.

Mobil Nasional Esemka seperti mobil yang lahir dari lampu Aladin. Bisa juga membawa kisah rakyat sangkuriang yang sukses membangun keindahan bagi Dewi sumbi dalam 1 malam karena di bantu oleh jin.

Esemka adalah sebuah dongeng yang mereka atur agar terlihat nyata. Suramnya mereka...Saat harga diri, entah di mana letaknya. (SB)

Penulis: Budi Setiawan

0 Response to "Mobil Nasional: Timor vs Esemka"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel